flash message

Kamis, 14 November 2013

outline berdasarkan urutan waktu

CONTOH OUTLINE BERDASARKAN URUTAN WAKTU


Kata Pengantar 
BAB 1 PENDAHULUAN 
1.1.Abstraksi 
1.2.Batasan Masalah 
1.3.Tujuan Penelitian 
BAB 2 LANDASAN TEORI 
          2.1.   FPGA
          2.2.    Sejarah FPGA
             2.2.1.   5 Perusahaan terbesar pemroduksi FPGA
          2.3.    FPGA dari masa ke masa
             2.3.1.   FPGA generasi pertama
             2.3.2    FPGA generasi kedua
             2.3.3.   FPGA generasi ketiga
BAB 3 CARA KERJA FPGA
          3.1.    Analisa Diagram Blok 
             3.1.1.   Aktifator 
             3.1.2.   Input 
             3.1.3.   Proses 
             3.1.4.   Output 
          3.2.    Analisa Rangkaian Secara detail 
          3.3.    Analisa Cara Kerja Rangkaian secara Rinci
BAB 4 PENUTUP
          4.1.    Kesimpulan 
          4.2     Saran 
 LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA 





outline berdasarkan urutan waktu :

 JUDUL
ABSTRAK
LEMBAR PERSETUJUAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
BABI. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
1. Tujuan Penulisan
2. Manfaat Penulisan
BAB II. KAJIAN TEORETIS DAN METODOLOGI PENULISAN
A. Kajian Teoretis
B. Kerangka Berpikir
C. Metodologi Penulisan
BAB III. PEMBAHASAN (judul sesuai topik masalah yang dibahas)
A. Deskripsi Kasus
B. Analisis Kasus
BAB IV KESIMPULAN
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN (termasuk sinopsis gambaran umum perusahaan yang ditulis)

BAB I PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah

Memuat fakta-fakta atau sebab yang relevan sebagai titik tolak dalam
merumuskan masalah penulisan dan mengemukakan alasan penentuan
masalah. Penulis dapat mengutip/mengemukakan pendapat para ahli, berita
melalui media massa, peraturan perundang-undangan yang mendukung
terhadap fakta atau fenomena yang akan ditulis. Setiap peraturan dan
perundang-undangan yang dikutip tidak ada catatan kaki, sedangkan pendapat
para ahli, berita melalui media massa harusdisertai catatan kaki.

B.     Perumusan Masalah

Menyatakan secara tersurat pertanyaan-pertanyaan apa yang ingin dicari
jawabannya. Perumusan masalah merupakanpertanyaan yang lengkap dan
terperinci mengenai ruang lingkup permasalahan yang dibahas, diakhir
pertanyaan harus memberikan tanda tanya (?).

C.    Tujuan dan Manfaat

a. Tujuan Penulisan: Menyebutkan secara spesifik maksud yang ingin dicapai
dalam penulisan.
b. Manfaat Penulisan: Kontribusi hasil penulisan bagi pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN METODOLOGI PENULISAN

A.    Kajian Teoretis

Pemaparan beberapa teori ilmiah dan temuan-temuan lain yang dianggap perlu
dan relevan dengan pokok masalah Setiap teori yang dikutip harus disertai
penjelasan dan komentar penulis tentang kaitan teori tersebut dangan masalah.
Sedangkan pada akhir dari semua teori-teori yang dikutip, penulis harus
memunculkan sebuah kesimpulan terkait dengan permasalahan.

B.     Kerangka Berpikir

Argumentasi penulis yang didasari pada teori-teori ilmiah yang telah
dikemukakan dimuka. Penelitis harus menjelaskan suatu alur kerja atau saling
keterkaitan antar indikator dengan permasalahan yang dibahas. Peneliti dapat
untuk mengungkapkannya dapat menggunakan bantuan skema atau bagan penjelasan.

C.    Metodologi Penulisan

1. Tempat dan waktu: jelaskan tempat/lokasi observasi dengan menyebutkan
nama perusahaan serta alamatnya, kemudian sebutkan waktu observasi
sesuai dengan jadwal yang ditentukan oleh masing-masing program studi.
2. Metode :
a. Sebutkan nama metode yang digunakan (misalnya: metode deskriptif
analisis).
b. Teknik pengumpulan data (misalnya: wawancara, observasi,
menggunakan kuesioner).
c. Teknik Analisis Data (misalnya: memakai rumus statistik, rumus
keuangan, atau model analisis lain seperti SWOT, EOQ, EVA, ABC).

BAB III PEMBAHASAN (judul bab ini harus sesui dengan topik yang diangkat)

A. Deskripsi Kasus

Mengidentifikasi kasus-kasus yang terdapat pada perusahaan (sesuai dengan
kekhususan bidang ilmu penulis). Kasus yang diidentiftkasi di mulai dengan
kasus sederhana sampai pada kasus kompleks dan rumit sesuai dengan urgensi
fenomena yang diangkat pada perumusan masalah.
Kasus yang diangkat merupakan kasus yang ditemukan di perusahaan dan
penulis terlebih dahulu melakukan konfirmasi dengan pihak perusahaan (guna
menjamin kesahihan kasus). Kasus-kasus yang bersifat rahasia tidak disarankan
untuk dibahas oleh penulis. Kasus yang diangkat dapat berupa point-point uraian
penjelasan atau berupa tabel, diagram dan sebagainya.

B. Analisis Kasus

Penulis melakukan pengkajian terhadap kasus yang dipilih sesuai urgensi
permasalahan dan berusaha mengkaitkan dengan konsep teori dan temuantemuan
lain yang dianggap perlu. Untuk mendapatkan solusi/pemecahan
terhadap kasus yang dibahas, penulis dapat juga menggunakan model-model
analisis seperti analisis SWOT, EOQ dan sebagainya sesuai kebutuhan.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
peneliti harus meyimpulkan hasil temuan dari analisis kasus dalam bentuk pointpoint
penting secara jelas dan tepat (tidak boleh menulis simpulan diluar kasus yang
dianalisis). Berangkat dari kesimpulan tersebut penulis memberikan saran-saran
yang berguna terkait dengan kasus yang telah dianalisis (untuk jangka pendek,
menengah dan panjang) terutama ditujukan kepada perusahaan yang ditulis dan
kegunaannya bagi perkembangan IPTEK. Pada bab ini antara Kesimpulan dan Saran
masing-masing dijadikan sub-bab tersendiri.

Teknik Penulisan Laporan Karya Ilmiah

A.    Bahan dan Teknik Pengetikan

1.      Kertas

a. Kertas yang digunakan untuk menulis karya ilmiah adalah kertas HVS 80 gram
berukuran A4 (21,0 cm x 29,7 cm)
b. Sampul (kulit luar) berupa soft cover dari bahan buffalo atau linen pada saat
ujian karya ilmiah dan hard cover setelah ujian (revisi) dan dinyatakan lulus
dengan warna magenta.
c. Pembatas antara bab yang satu dengan bab lainnya diberikan pembatas
kertas doorslag warna magenta berlogo Universitas Negeri.

2.      Jenis Huruf

a. Naskah karya akhir menggunakan jenis huruf yang sama, dari awal sampai
akhir, yaitu Times New Roman, ukuran font 12, kecuali judul bab digunakan
ukuran font 14 dan footnote dengan ukuran font 9.
b. Huruf tebal digunakan untuk judul bab, sub bab, tabel, gambar dan lampiran
c. Huruf miring dapat digunakan untuk tujuan tertentu, misalnya istilah/kata
dalam bahasa asing, atau kata yang ingin ditekankan.

3.      Margin

Batas pengetikan dari tepi kertas untuk naskah karya ilmiah adalah sebagai berikut
a. Tepi atas 4 cm
b. Tepi bawah 3 cm
c. Tepi kiri 4 cm
d. Tepi kanan 3 cm

 4. Format

a. Setiap judul bab dan judul lembaran dimulai halaman baru diketik dengan huruf
kapital diletakkan di tengah (centering) bagian atas halaman.
b. Sub bab diketik di pinggir sisi kiri halaman dengan menggunakan huruf kecil tebal
kecuali huruf pertama pada setiap kata diketik dengan huruf kapital.
c. Setiap alinea baru, kata pertama diketik masuk ke kanan setelah ketukan ketujuh
atau mulai pada ketukan delapan.
d. Tabel dalam teks disertai nomor tabel dan judul tabel diketik dengan huruf “T”
kapital seperti Tabel II.1, berarti tabel Bab II yang pertama dan seterusnya serta
penempatannya di atas tabel.
e. Gambar dalam teks disertai nomor gambar dan judul gambar diketik dengan huruf
“G” kapital seperti Gambar III.1, berarti gambar Bab III yang pertama dan
seterusnya serta ditempatkan di bawah gambar.
f. Penulisan lambang atau simbol sebaiknya menggunakan fasilitas program
perangkat lunak komputer. Sedangkan satuan dan singkatan yang digunakan
hanya yang lazim dipakai dalam disiplin ilmu masing-masing seperti: 100 C; kg; 12
ppm; ml; dan sebagainya.
g. Istilah asing yang dalam teks dicetak miring(Italic) misalnya: et al.; ibid; supply;
centring; dan sebagainya.
h. Setelah tanda koma, titik koma, dan titik dua diberi jarak satu ketukan dan
sebelumnya tidak perlu diberi spasi.
i. Pemutusan kata harus mengikuti kaedah bahasa Indonesia yang baku dan benar.

5. Spasi                    

a. Jarak antara baris dalam teks adalah dua spasi, kecuali kalimat judul, sub judul,
sub bab, judul tabel, dan judul gambar serta judul lampiran adalah satu setengah
spasi.
b. Jarak antara judul bab dengan teks pertama isi naskah atau antara judul bab
dengan sub bab adalah empat spasi.
c. Abstrak/abstract diketik dengan jarak satu spasi; judul abstract dan seluruh teksnya
diketik dengan huruf miring (Italic).
d. Jarak spasi sumber referensi dalam Daftar Pustaka satu spasi kecuali jarak spasi
antara sumber pustaka.
e. Jarak baris pada kata pengantar, daftar isi dan daftar tabel maupun gambar 2 (dua)
spasi.

B.     Penomoran Halaman

1.      Halaman Bagian awal:

Bagian awal karya ilmiah diberi nomor halaman dengan menggunakan angka
Romawi kecil (i, ii, iii, dan seterusnya) ditempatkan pada posisi tengah bawah
halaman yang dimulai dari judul dalam (sesudah sampul) sampai dengan halaman
Riwayat Hidup. Halaman judul dan halaman persetujuan tidak diberi nomor, tetapi
diperhitungkan sebagai halaman i dan ii yang tidak perlu diketik.

2.      Halaman Utama:

Penomoran mulai dari Bab Pendahuluan sampai dengan Bab Kesimpulan dan
Saran menggunakan angka Arab (1, 2, 3 dst.) dan setiap judul bab nomor
diletakkan pada bagian tengah bawah dan halaman berikutnya diletakkan sudut
kanan atas dengan jarak tiga spasi. Penomoran bukan bab dan sub bab
menggunakan angka Arab dengan tanda kurung misalnya: 1), 2) atau (1), (2), dst.

3.      Halaman Bagian Akhir:

Penomoran pada bagian akhir karya ilmiah mulai dari Daftar Pustaka sampai
dengan Riwayat Hidup menggunakan angka Arab yang diketik pada marjin bawah
persis di tengah-tengah dengan jarak tiga spasi dari marjin bawah teks, dan
halaman selanjutnya diketik sebelah kanan atas dengan jarak tiga spasi dari pinggir
atas (baris pertama teks) lurus dengan marjin kanan teks.

C.    KUTIPAN

Kutipan dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu kutipan langsung dan kutipan tidak
langsung. Kutipan langsung adalah peneliti mengambil kutipan sesuai dengan sumber
aslinya. Kutipan yang tidak lebih dari tiga baris diketik dua spasi dengan cara
memberikan tanda petik diantara teks yang dikutip dan diberi nomor kutipan. kutipan
yang menggunakan istilah atau bahasa asingdicetak miring dan diberi nomor kutipan
Ini dapat dilihat pada contoh berikut :

Menurut Hawkins, Best dan Cooney mengemukakan pengertian sikap bahwa :“Attitude
is an enduring organizational, emotional, perceptual an cognitive process with respect to
some aspect environmental (Sikap adalah suatu organisasi yang bertahan lama dari
motivasi, emosi, persepsi, dan proses kognitif dengan menghargai beberapa aspek
lingkungan)”1.

Sedangkan kutipan lebih dari tiga baris diketik satu spasi dan ditempatkan dalam alinea
tersendiri. Adapun ketukan baris pertama dan seterusnya sebanyak 7 ketukan. Hal Ini
dapat dilihat pada contoh berikut :

Syaiful Bahri Djamarah berpendapat bahwa kelebihan metode diskusi adalah :
1. Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan
berbagai jalan bukan satu jalan
2. Menyadarkan anak didik bahwa dengan diskusi mereka saling
mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh
keputusan yang baik.
3. Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain
sekalipun berbeda dengan pendapatnya sendiri dan membiasakan bersikap
toleran”2.

Sedangkan kutipan tidak langsung adalah peneliti menggambarkan suatu teori
berdasarkan sumber kutipan.

D.    CATATAN KAKI

Pencantuman catatan kaki diperlukan dalam penulisan karya ilmiah. Hal ini dilakukan
untuk mengetahui sumber referensi yang menjadi kajian peneliti. Adapun usur pokok
dalam catatan kaki adalah nama penulis, judul tulisan, data publikasi (kota tempat terbit,
nama penerbit, dan tahun penerbitan), serta nomor halaman. Semua sumber kutipan
yang baru muncul pertama kali harus ditulis secara lengkap, sedangkan untuk
pemunculan berikutnya digunakan singkatanibid, op. cit, atau loc. cit. Dalam menulis
catatan kaki, baris pertama harus ke dalam sebanyak 7 (tujuh) ketukan.

Ibid adalah singkatan dari ibidem, digunakan apabila sumber kutipan pertama diikuti
dengan kutipan berikutnya dimana sumbernya sama, tanpa diselingi dengan sumber
kutipan lain.

Loc. cit. adalah singkatan dari loco citato, artinya yaitu tempat yang pernah dikutip.
Kutipan berasal dari sumber yang sama dengan sumber yang pernah dikutip
(halamannya sama), tetapi telah diselingi dengan sumber kutipan lain.

Op. cit. adalah singkatan dari opere citato,artinya karya yang telah dikutip (dikutip
terlebih dahulu). Kutipan berasal dari sumber yang sama dengan sumber yang pernah
dikutip (halamannya berbeda), tetapi telah diselingi dengan sumber kutipan lain.

Contoh Penulisan Catatan Kaki:

Pada Halaman 1

1William H. Newman, Administrative Action(London: Prentice Hall, Inc., 1963),
p.463
2Ibid., p. 473
3Pangripto, “Manajemen Rumah Sakit”,Jurnal Kesehatan dan Gizi, Vol. 3 No.
2, Juni 1998, pp. 55-58
4 William H. Newman, loc. cit.

Pada Halaman 2

5Gunawan Adisaputro et al., Business Forecasting: Latar Belakang Teoretis,
Vol. 1 (Yogyakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada, 1974), p. 53.
6William H. Newman, op. cit., p.590
10John M. Spiszer, Leadership and Combat Motivation: The Critical Task, 1999,
p.1 (http://www.cgsc.army.mil/milrev/english/MayJun99/Spiszer.htm).

E.     DAFTAR PUSTAKA

Ketentuan dalam penulisan daftar pustaka adalah sebagai berikut :
1. Tuliskan nama pengarang, judul karangan dan data tentang penerbitannya (tempat,
penerbit dan tahun)
2. Daftar pustaka disusun secara alfabetis tidak hanya huruf terdepannya tetapi juga
huruf kedua dan seterusnya.
3. Daftar pustaka diketik satu spasi dan jarak antara masing-masing pustaka adalah
dua spasi.
4. Huruf pertama dari baris pertama masing-masing pustaka diketik tepat pada garis
tepi kiri tanpa ketukan (indensi) dan baris berikutnya digunakan indensi 7 karakter.
5. Apabila nama pengarang sama dan judul berbeda, maka baris pertama harus diberi
garis terputus-putus sebanyak 14 (empat belas) ketukan
6. Penulisan nama pengarang diawali dengan nama keluarga, kemudian namanya.
Untuk dua atau tiga pengarang, nama pengarang kedua dan ketiga tidak perlu
dibalik.
7. Penulisan nama pengarang yang bermarga cina atau mandarin, ditulis apa adanya
(tidak diindeks).
8. Jika nama pengarang sama dalam dua tahun penerbitan berbeda, maka daftar
pustaka disusun menurut urutan waktu (tahun)
9. Nama pengarang sama, judul berbeda perlu diberikan garis sebanyak 14 ketukan
10. Sama sekali tidak boleh mencantumkan sumber referensi yang tidak pernah dibaca
dan tidak boleh mencantumkan gelar .
11. Dalam daftar pustaka/catatan kaki, tulisan yang bersumber dari majalah/ koran/makalah
yang diberi garis bawah atau ditebalkan adalah nama majalah/korannya yang
menerbitkan.

Contoh Penulisan Daftar Pustaka

1)      Buku

a.      Satu Pengarang

Nasoetion, Andi Hakim. Metode Statstika.Yakarta: Penerbit PT Gramedia, 1980
Turabian, Kate L. A Manual for Writers of Term Papers, Theses, and Dissertations.
Chicago: University of Chicago Press, 1980.

b.      Dua Pengarang

Kennedy, Ralph Dale dan Stewart Y. McMullen. Financial Statement: Form, Análisis
and Interpretation. Petaling Jaya: Irwin Book Company, 1973
Pangestu, Subagyo dan Djarwanto. Statistik Deskriptif. Yogyakarta: BPFE, 1982

c.       Tiga Pengarang

Heidirachman R., Sukanto R., dan Irawan.Pengantar Ekonomi Preusan. Yogyakarta:
Bagian Penerbitan Facultas Ekonomi Universitas Gajah Mada, 1980.
Jahoda, Marie, Morton Deutsch, dan Stuart W. Cook. Research Methods in Social
Relation. New Cork: Dryden Press, 1951.

d.      Lebih Dari Tiga Pengarang

Selltiz, Claire, et al. Research Methods in Social Relations. New Cork: Holt, Rinehart &
Winston, 1959
Sukanto, et al. Business Forecasting. Yogyakarta: Bagian Penerbitan Facultas
Ekonomi Universitas Gadjah Mada, 1980.

e.       Pengarang Sama

Newman, William H. The Process of Management. London: Prentice Hall. Inc., 1961.
________________. Administratif Action. London: Prentice Hall. Inc., 1963.

f.        Tanpa Pengarang

Author’s Guide. Englewood, Cliffs, N.J.: Prentice Hall. Inc., 1975.
Scientific Method in Business. Collage Park: University of Maryland, 1973.

2)      Buku Berjilid/Berseri:

Edwards, James D., et al. Accounting: A Programmed Text. Vol. I. Homewood, Illinois:
Richards D. Irwin, Inc., 1967.
Suhardi Sigit. Azas-Azas Accounting. Bagian Pertama. Yogyakarta: Fa. Sarjana, 1968.

3)      Buku Terjemahan/Saduran/Suntingan:

Booth, Anne, dan Meter McCawley. Ekonomi Orde Baru. Suntingan Sujarwadi. Yakarta:
LP3ES, 1982.
Conant, James B. Teori dan Soal-Soal Ekonomi Makro. Terjemahan Faried Wijaya.
Yogyakarta: Bagian Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah
Mada, 1978.
Kotler, Phlips. Marketing Management. Saduran Karyadi dan Sri Suwarsi. Surakarta:
Facultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret, 1978.

4)      Buku Dengan Edisi Bukan Edisi Pertama:

Djarwanto Ps. Statistik Nonparametrik. Edisi 2. Yogyakarta: BPFE, 1985.
Shepherd, William R. Historical Atlas. 8th ed. New Cork: Barnes & Noble, 1956.

5)      Bab Yang Ditulis bukan oleh Pengarang atau Penyunting Buku yang Bersangkutan:

Ahluwalia, M. “Income Inequality: Some Dimensions of the Problem”, In H. Chenery, et al.
Redistribution With Growth. London: Oxford University Press, 1974.
Soelistyo, Sudarsono, dan Ari Sudarman. “Prospek Kesempatan Kerja dan Pemerataan
Pendapatan Dalam Repelita III”. Dalam The Kian Wie (Penyuntingan).
Pembangunan Ekonomi dan Pemerataan: Beberapa Pendekatan Alternatif.
Jakarta: LP3ES, 1981.

6)      Seri atau Rangkaian:

Sutrisno Hadi. Efisiensi Kerja. Jilid I dari Seri Kapita Selekta “Psikologi Kerja”, 5 jilid.
Yogyakarta: [t.p.], [t.th].
Terman, Lewis M., dan Melita H. Olden. The Gifted Child Grows Up. Vol. 4 of the
“Genetic Studies of Genius Series”, Lewis M. Terman (ed.). Standford: Stanford University Press, 1974.

7)      Lembaga Sebagai Penyunting Buku:

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa. Pedoman Umum Ejaan Yang Disempurnakan. Jakarta: PN Balai
Pustaka, 1980.
FAO. Production Yearbook 1975. Rome: FAO, 1976.

8)      Surat Kabar:

Salim, Emil. “Forest Sustainability Management”, The Jakarta Post. Februari 6, 1977.
Karlina. “Sebuah Tanggapan: Hipotesa dan Setengah Ilmuan”. Kompas. 12 Desember
1981.

9)      Jurnal/Peberbitan Berkala:

Rahardjo, M. Dawam. “Dunia Bisnis di Persimpangan Jalan”, Prisma. Juli 1983, 7, hal. 1-
12.
Dharmawan, Johan. “Uruea dan TPS di Indonesia dalam Analisis Permintaan
Kuantitatif”, Jurnal Argo Ekonomi. Mei 1982, 2, hal. 1 – 27.

10)  Hasil Penelitian:

Kasryno, Faisal, et al. Perkembangan Institusi dan Pengaruhnya Terhadap Distribusi
Pendapatan dan Penyerapan Tenaga Kerja: Kasus di Empat Desa di Jawa
Barat. Bogor: Studi Dinamika Pedesaan, 1981.
Nganji, Kalikit, et al. Regional Studi Daerah Kedu dan Surakarta. Salatiga: Fakultas
Ekonomi Universitas Kristen Satyawacana, 1976.

11)  Paper dalam Seminar/Lokakarya:

Mangundikoro, Apandi. “Konservasi Tanah dalam Rangka Rehabilitasi Lahan di Wilay
ah Daerah Aliran Sungai”. Kertas Kerja padaLokakarya Pola Tanam dan
Usahatani ke-IV, Bogor, 20 – 21 Juni 1983.
Suranggadjiwa, L.M. Harris. “Pengelolaan Daerah Aliran Sungai”. Kereta Kerja pada
Seminar Nasional Pengembangan Lingkungan Hidup, Jakarta, 5 – 6 Juni
1978.

12)  Bahan yang Tidak Diterbitkan:

Brizi. Teknik Perencanaan Linear untuk Penyusunan Rencana di Bidang Pertanian.
Bogor: Institut Pertanian Bogor, 1979. (Stensilan).
Coffin, Thomas E. Beyond Audience: The Measurement of Advertising Effectiveness.
(Monographed report, Undated).

13)  Karya ilmiah/Tesis/Disertasi:

Budiarto. Sebab-sebab dan Cara Pencegahan Labour Turnover di Pabrik Rokok Menara
Sala. Skirpsi Sarjana (Tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Ekonomi
Universitas Gadjah Mada, 1972.
Swenson, Geoffrey C. The Effect of Increases in Rice Production on Employment and
Income Distribution in Thanjavur District, South India. Unpublished Ph.D.
Disertation. Minchigan: Minchigan University, 1973.

14)  Artikel dalam Ensiklopedia:

Banta, Richard E. “New Harmony”,Encyclopedia Britanica (1968 ed.), vol. 16, p. 305
Morris, Edward Parmelle. “The Latin Language”, The Encyclopedia Americana(1936
ed.), vol. 17, pp. 47 – 48.

15)  Internet:

Spiszer, John M. Leadership and Combat Motivation: The Critical Task. 1999.
http://www.cgsc.army.mil /milrev/english/MayJun99/Spiszer.htm. (Diakses
tanggal 12 September 1999).

http://www.unj.ac.id/fe/sites/default/files/PEDOMAN%20PENULISAN%20KARYA%20ILMIAH_0.pdf


i. PENGERTIAN
Kerangka karangan merupakan rencana penulisan yang memuat garis-garis besar dari suatu karangan yang akan digarap, dan merupakan rangkaian ide-ide yang disusun secara sistematis, logis, jelas, terstruktur, dan teratur.

II. MANFAAT KERANGKA KARANGAN BAGI PENULIS
Mengapa metode ini sangat di anjurkan kepada para penulis, terutama kepada mereka yang baru mulai menulis ? Karena metode ini akan membantu setiap penulis untuk menghindari kesalahan- kesalahan yang tidak perlu dilakukan atau secara terperinci dapat dikatakan bahwa outline atau kerangka karangan dapat membantu penulis dalam hal – hal berikut :


  1. Untuk menyusun karangan secara teratur. Kerangka karangan membantu penulis untuk melihat gagasan-gagasan dalam sekilas pandang, sehingga dapat dipastikan apakah susunan dan hubungan timbal-balik antara gagasan-gagasan itu sudah tepat, apakah gagasan-gagasan itu sudah disajikan dengan baik, harmonis dalam perimbangannya.
  2. Memudahkan penulis menciptakan klimaks yang berbeda-beda. Setiap tulisan dikembangkan menuju ke satu klimaks tertentu. Namun sebelum mencapai klimaks dari seluruh karangan itu, terdapat sejumlah bagian yang berbeda-beda kepentingannya terhadap klimaks utama tadi. Tiap bagian juga mempunyai klimaks tersendiri dalam bagiannya. Supaya pembaca dapat terpikat secara terus menerus menuju kepada klimaks utama, maka susunan bagian-bagian harus diatur pula sekian macam sehingga tercapai klimaks yang berbeda-beda yang dapat memikat perhatian pembaca.
  3. Memudahkan penulis mencari materi pembantu. Dengan mempergunakan rincian-rincian dalam kerangka karangan penulis akan dengan mudah mencari data-data atau fakta-fakta untuk memperjelas atau membuktikan pendapatnya. Atau data dan fakta yang telah dikumpulkan itu akan dipergunakan di bagian mana dalam karangannya itu.


MACAM-MACAM OUTLINE

Macam – macam kerangka karangan tergantung dari dua parameter yaitu : berdasarkan sifat perinciannya, dan kedua berdasarkan perumusan teksnya.

Berdasarkan Perincian
Berdasarkan perincian yang di lakukan pada suatu kerangka karangan, maka dapat di bedakan kerangka karangan sementara ( informal ) dan kerangka karangan formal.

Kerangka Karangan Sementara
Kerangka karangan sementara atau informal merupakan suatu alat bantu, sebuah penuntun bagi suatu tulisan yang terarah. Sekaligus ia menjadi dasar untuk penelitian kembali guna mengadakan perombakan – perombakan yang di anggap perlu. Karena kerangka karangan ini hanya bersifat sementara, maka tidak perlu di susun secara terperinci. Tetapi, karena ia juga merupakan sebuah kerangka karangan, maka ia harus memungkinkan pengarangnya menggarap persoalannya secara dinamis, sehingga perhatian harus di curahkan sepenuhnya pada penyusunan kalimat – kalimat, alinea – alinea atau bagian – bagian tanpa mempersoalkan lagi bagaimana susunan karangannya, atau bagaimana susunan bagian – bagiannya.

Kerangka karangan informal ( sementara ) biasanya hanya terdiri dari tesis dan pokok – pokok utama, paling tinggi dua tingkat perincian. Alasan untuk menggarap sebuah kerangka karangan semntara dapat berupa topik yang tidak kompleks, atau karena penulis segera menggarap karangan itu.

Kerangka Karangan Formal
Kerangka karangan yang bersifat formal biasanya timbul dari pertimbangan bahwa topik yang akan di garap bersifat sangat kompleks, atau suatu topik yang sederhana tetapi penulis tidak bermaksud untuk segera menggarapnya.

Proses perencanaan sebuah kerangka formal mengikuti prosedur yang sama seperti kerangka informal. Tesisnya di rumuskan dengan cermat dan tepat, kemudian di pecah – pecah menjadi bagian – bagian bawahan ( sub – ordinasi ) yang di kembangkan untuk menjelaskan gagasan sentralnya. Tiap sub – bagian dapat di perinci lebih lanjut menjadi bagian – bagian yang lebih kecil. Sejauh di perlukan untuk menguraikan persoalan itu sejelas – jelasnya. Dengan perincian yang sekian banyak, sebuah kerangka karangan dapat mencapai lima atau tiga tingkat perincian sudah dapat di sebut kerangka formal.


POLA KARANGAN
1 OUTLINE BERPOLA ALAMIAH
2 OUTLINE BERPOLA KRONOLOGIS

OUTLINE BERPOLA ALAMIAH : Susunan atau pola alamiah adalah suatu urutan unit – unit kerangka karangan sesuai dengan keadaan yang nyata di alam. Sebab itu susunan alamiah dapat dibagi lagi menjadi tiga bagian utama, yaitu urutan berdasarkan waktu ( urutan kronologis ), urutan berdasarkan ruang ( urutan spasial ), dan urutan berdasarkan topik yang sudah ada .

A. Urutan Waktu ( kronologis )
Urutan waktu atau urutan kronologis adalah urutan yang di dasarkan pada runtunan peristiwa atau tahap – tahap kejadian . Yang paling mudah dalam urutan ini adalah mengurutkan peristiwa menurut kejadiannya atau berdasarkan kronologinya.

Suatu corak lain dari urutan kronologis yang sering di pergunakan dalam roman, novel, cerpen, dan dalam bentuk karangan naratif lainnya, adalah suatu variasi yang mulai dengan suatu titik yang menegangkan, kemudian mengadakan sorot balik sejak awal mula perkembangan hingga titik yang menegangkan tadi .

Urutan kronologis adalah urutan yang paling umum, tetapi juga merupakan satu – satunya cara yang kurang menarik dan paling lemah .

B. Urutan Ruang ( Spasial )
Urutan ruang atau urutan spasial menjadi landasan yang paling penting, bila topik yang di uraikan mempunyai pertalian yang sangat erat dengan ruang atau tempat . Urutan ini terutama di gunakan dalam tulisan – tulisan yang bersifat deskriptif .

c. Topik yang ada
Suatu pola peralihan yang dapat di masukkan dalam pola alamiah adalah urutan berdasarkan topik yang ada . Suatu barang, hal, atau peristiwa suadh di kenal dengan bagian – bagian tertentu . Untuk menggambarkan hal tersebut secara lengkap, mau tidak mau bagian – bagian itu harus di jelaskan berturut – turut dalam karangan itu, tanpa mempersoalkan bagian mana lebih penting dari lainnya, tanpa memberi tanggapan atas bagian – bagiannya itu .


OUTLINE BERPOLA LOGIS : Tanggapan yang sesuai dengan jalan pikiran untuk menemukan landasan bagi setiap persoalan, mampu di tuang dalam suatu susunan atau urutan logis . Urutan logis sama sekali tidak ada hubungan dengan suatu ciri yang inheren dalam materinya, tetapi erat dengan tanggapan penulis .


Macam – macam urutan logis yang dikenal :

Urutan Klimaks dan Anti Klimaks
Urutan ini timbul sebagai tanggapan penulis yang berpendirian bahwa posisi tertentu dari suatu rangkaian merupakan posisi yang paling tinggi kedudukannya atau yang paling menonjol . Bila posisi yang paling penting itu berada pada akhir rangkaian maka urutan ini di sebut klimaks . Dalam urutan klimaks pengarang menyusun bagian – bagian dari topik itu dalam suatu urutan yang semakin meningkat kepentingannya, dari yang paling rendah kepentingannya, bertingkat – tingkat naik hingga mencapai ledakan pada akhir rangkaian .

Urutan yang merupakan kebalikan dari klimaks adalah anti klimaks . Penulis mulai suatu yang paling penting dari suatu rangkaian dan berangsur – angsur menuju kepada suatu topik yang paling rendah kedudukan atau kepentingannya .

Urutan Kausal
Urutan kausal mencakup dua pola yaitu urutan dari sebab ke akibat, dan urutan akibat ke sebab . Pada pola pertama suatu masalah di anggap sebagai sebab, yang kemudian di lanjutkan dengan perincian – perincian yang menelusuri akibat – akibat yang mungkin terjadi. Urutan ini sangat efektif dalam penulisan sejarah atau dalam membicarakan persoalan – persoalan yang di hadapi umat manusia pada umumnya .

Sebaliknya, bila suatu masalah di anggap sebagai akibat, yang di landaskan dengan perincian – perincian yang berusaha mencari sebab – sebab yang menimbulkan masalah tadi, maka urutannya merupakan akibat sebab .

Urutan Pemecahan Masalah
Urutan pemecahan masalah di mulai dari suatu masalah tertentu, kemudian bergerak menuju kesimpulan umum atau pemecahan atas masalah tersebut . Sekurang – kurangnya uraian yang mempergunakan landasan pemecahan masalah terdiri dari tiga bagian utama, yaitu deskripsi mengenai peristiwa atau persoalan tadi, dan akhirnya alternative – alternative untuk jalan keluar dari masalah yang di hadapi tersebut .

Dengan demikian untuk memecahkan masalah tersebut secara tuntas, penulis harus benar – benar menemukan semua sebab baik yang langsung maupun yang tidak langsung bertalian dengan masalah tadi . Setiap masalah tersebut tidak bisa hanya terbatas pada penemuan sebab – sebab, tetapi juga harus menemukan semua akibat baik yang langsung maupun yang tidak langsung, yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi kelak .


Urutan Umum – Khusus
Urutan umum – khusus terdiri dari dua corak yaitu dari umum ke khusus, atau dari khusus ke umum .

Urutan yang bergerak dari umum ke khusus pertama – tama memperkenalkan kelompok – kelompok yang paling besar atau yang paling umum, kemudian menelusuri kelompok – kelompok khusus atau kecil .

Urutan khusus – umum merupakan kebalikan dari urutan di atas. Penulis mulai uraiannya mengenai hal – hal yang khusus kemudian meningkat kepada hal – hal yang umum yang mencakup hal – hal yang khusus tadi, atau mulai membicarakan individu – individu kemudian kelompok – kelompok . Urutan ini merupakan salah satu urutan yang paling lazim dalam corak berpikir manusia .

Urutan umum – khusus dapat mengandunug implikasi bahwa hal yang umum sudah di ketahui penulis, sedangkan tugasnya adalah mengadakan identifikasi sejauh mana hal – hal yang khusus mengikuti pola umum tadi . Sebaliknya urutan khusus – umum dapat mengandung implikasi bahwa hal khusus maupun umum sama sekali belum di ketahui . Urutan umum – khusus ini sebenarnya dapat mencakup pula urutan sebab – akibat, klimaks, pemecahan masalah . Atau dapat pula mengambil bentuk klasifikasi, atau ilustrasi . Dalam ilustrasi mula – mula di kemukakan suatu pernyataan yang umum, kemudian di ajukan penjelasan – penjelasan dan bila perlu di kemukakan ilustrasi – ilustrasi yang dapat berbentuk contoh, atau perbandingan dan pertentangan.


Urutan familiaritas
Urutan familiaritas dimulai dengan mengemukakan sesuatu yang sudah di kenal, kemudian berangsur – angsur pindah kepada hal – hal yang kurang di kenal atau belum di kenal. Dalam keadaan – keadaan tertentu cara ini misalnya di terapkan dengan mempergunakan analogi.


Urutan akseptabilitas
Urutan akseptabilitas mirip dengan urutan familiaritas. Bila urutan familiaritas mempersoalkan apakah suatu barang atau hal sudah di kenal atau tidak oleh pembaca, maka urutan akseptabilitas mempersoalkan apakah suatu gagasan di terima atau tidak oleh para pembaca, apakah suatu pendapat di setujui atau tidak oleh para pembaca.

Suatu hal yang perlu di tegaskan di sini sebelum melangkah kepada persoalan yang lain, adalah bahwa tidak ada keharusan untuk mempergunakan pola kerangka karangan yang sama dalam seluruh karangan. Konsistensi harus terletak dalam tingkatan serta satuan yang sama. Misalnya bila pada topik – topik utama telah di pergunakan urutan waktu ( kronologis ), maka pengarang harus menjaga agar hanya topik – topik yang mengandung urutan waktu saja yang dapat di sajikan dalam topik utamanya. Satuan – satuan topik bawahan dapat mempergunakan urutan lain sesuai dengan kebutuhannya.


SISTEM PENOMORAN
Supaya tingkatan – tingkatan yang ada jelas kelihatan hubungannya satu sama lain, maka di pergunakan pula simbol – simbol dan tipografi yang konsisten bagi tingkatan yang sederajat. Pokok – pokok utama yang merupakan perincian langsung dari tesis di tandai dengan angka – angka Romawi : I, II, III, IV, dst. Tiap topik utama ( Tingkat I ) dapat di perinci menjadi topik tingkat II, yang dalam hal ini di tandai dengan huruf – huruf capital : A, B, C, D, dst. Topik tingkat II dapat di perinci masing – masingnya menjadi topik tingkat III yang di tandai dengan angka : 1, 2, 3, 4, 5 dst. Pokok bawahan tingkat IV di tandai dengan : a, b, c, d, dst., pokok tingkat lima di tandai dengan ( 1 ), ( 2 ), ( 3 ), dst. Sedangkan pokok bawahan tingkat VI, kalau ada, akan di tandai dengan huruf kecil dalam kurung ( a ), ( b ), ( c ), ( d ), dst. Tanda – tanda itu harus di tempatkan sekian macam sehingga mudah di lihat, misalnya seperti bagan di bawah ini

TESIS : ………………………………………………………………………….

PENDAHULUAN ………………………………………………………………

I. ……………………………………………………………………………….

A. ……………………………………………………………………………

1.………………………………………………………………………….

a. ……………………………………………………………………………

( 1 ) ……………………………………………………………………

( 2 ) ……………………………………………………………………

b.……………………………………………………………………….

( 1 ) ……………………………………………………………………

( 2 ) ……………………………………………………………………

2.………………………………………………………………………….

a.………………………………………………………………………..

( 1 )…………………………………………………………………….

( 2 ) ……………………………………………………………………

b.………………………………………………………………………..

B. ……………………………………………………………………………

1.………………………………………………………………………….

a.………………………………………………………………………..

( 1 ) ……………………………………………………………………

( 2 ) …………………………………………………………………….

b.………………………………………………………………………..

2.………………………………………………………………………….

a.………………………………………………………………………..

b.………………………………………………………………………..

( 1 ) ……………………………………………………………………

( 2 ) ………………………………………………………………………………

c.…………………………………………………………………………

II.……………………………………………………………………………..

dst.

III.…………………………………………………………………………….

dst.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar