flash message

Rabu, 31 Oktober 2012

arti maaf, dan kehormatan bagi saya

Mungkin ini segelintir orang sangat mudah untuk mengatakan maaf saat ia melakukan kesalahan.
Tapi saya adalah type orang yang mudah mengucapkan maaf, tapi dengan niat hanya untuk cepat2 menyelesaikan clash. Tapi dari dalam hati, saya tidak merasa bahwa saya salah.
Ya!
Bagi saya, saya hanya orang yang meminta maaf dengan tulus (menyadari kesalahan, merasa tidak akan mengulangi lagi kesalahan) itu hanya setahun sekali. hanya pada saat Idul Fitri. Dan saya juga mengecup punggung tangan kedua orang tua saya.
saya yang sekarang adalah orang yang memandang, semua orang sama. baik yang tua, maupun yang muda. tradisi mengecup punggung tangan orang yang paling lebih tua dari kita, saya mulai merasa itu sudah tidak perlu.
rasa hormat bisa di tunjukkan dengan cara simple yang lain, ketimbang saya harus menekuk otot perut saya, dan membungkukkan punggung saya.
Sering sekali,
dalam pergaulan saya di paksa untuk meminta maaf,
OK, saya lakukan.
saya pun melakukan nya dengan,
membungkukkan badan 15 derajat, dengan wajah menunduk, lalu mengatakan "Gomennasai"
Gomennasai disini adalah bahasa jepang. yang berarti sorry secara tidak formal. Lalu saya balik ke posisi berdiri semula dengan wajah straight seperti tidak melakukan kesalahan.
Meski saya melakukan itu, saya merasa,
itu cuma anggukan bodoh, tanpa arti.
Dan tujuan saya biasa nya adalah,
agar masalah ini cepat berakhir, dan saya pulang.
meski saya punya 1000 alasan yang membuat kedudukan saya di atas lawan bicara saya. saya punya argument yang cukup argumentatif untuk memantapkan kedudukan saya. namun seolah tak mau ribut, juga menguras keringat sia-sia, saya pun menundukk, dan bilang gomen, yang tanpa arti.
Bagi saya, yang saya hormati di dunia ini, hanya orang tua saya sendiri.
rasa hormat disini bagi saya ada kaitan nya dengan ketulusan penyampaian sebuah kata maaf.

Lagi pula,
saya menyimpang kata maaf saya untuk sisa 59 bulan ke depan untuk seseorang yang saya hargai.